Kumpulan Berita Unik Dan Aneh Terpopuler Bermain SBODewa Tentang Bandar Taruhan Judi Online Serta Produk Permainan Judi Online Dan Promo Yang Ada Di Situs Agen Judi Online SBODewa

Selasa, 07 November 2017

Jurus Startup Dengan Mengenal Mandiri Capital


Jurus Startup Dengan Mengenal Mandiri Capital

SBODewa.com, Jakarta - Industri perusahaan rintisan [ startup ] semakin berkembang di Indonesia. Salah satu subsektornya adalah di bidang keuangan berbasis teknologi [ fintech ] yang jasanya mulai banyak digunakan masyarakat.

Seakan tak mau 'digerogoti' oleh para pendatang baru di industri keuangan terkini itu, PT Bank Mandiri [ Persero ] Tbk pun mendirikan anak usaha yang ditugaskan untuk menyuntik dana dengan mencaplok sebagian saham para startup.

Anak usaha yang bergerak di bisnis modal ventura itu adalah PT Mandiri Capital Indonesia. Berdiri sejak 2016, Mandiri Capital terbilang baru dan belum banyak dikenal orang awam. Kendati demikian, beberapa startup tercatat sudah berada di bawah naungannya.

Untuk mengenal lebih lanjut profil dan sepak terjang perusahaan modal ventura ini, SBODewa.com berkesempatan mewawancarai CEO Mandiri Capital, Eddi Danusaputro. Berikut perbincangan kami.

Banyak masyarakat yang belum mengenal Mandiri Capital. Seperti apa sebenarnya bisnis Mandiri Capital?

Jadi memang mungkin masyarakat awam belum banyak yang tahu tentang kami. Seperti kami ketahui dunia bisnis startup ini sedang ramai dan bertumbuh pesat di Indonesia

Mandiri Capital Indonesia berdiri sejak Januari 2016. Kami didirikan oleh Bank Mandiri sebagai induk usaha kami, yang melihat industri keuangan sedang mengalami disrupsi, tidak hanya di Indonesia, tapi di regional dan dunia. 

Fintech startup sedang berusaha menggerogoti pangsa pasar dari perbankan tradisional. Tidak hanya itu, millennial generasi Y dan Z itu juga sudah berpikir beda, mereka dalam hal industri dan produk keuangan itu tidak selalu harus menggunakan bank, malah lebih nyaman menggunakan jasa startup. 

Maka dari itu Bank Mandiri melihat harus proaktif daripada menunggu di-disrupt oleh fintech startup, maka kami lebih baik mencari yang bisa di-invest dan dibina.

Kami tahu banyak startup yang dapat pendanaan dari investor. Banyak juga startup yang sudah mengubah gaya hidup sehari-hari orang Indonesia. Tak hanya di kota besar, bahkan di kota lain.

Startup memang harus terus ditumbuhkembangkan. Pemerintah Indonesia juga punya rencana menciptakan 1.000 teknopreneur, ya itu semua positif. 

Setiap kami bertemu dengan startup dan menanyakan apa yang dibutuhkan, salah satunya adalah modal atau dana. Tapi kalau mereka ke bank, ya enggak mungkin dapat kredit atau pembiayaan. 

Pertama, belum cukup umur karena baru berdiri. Kemudian, tidak punya jaminan atau collateral. Selain itu, laporan keuangan yang diaudit juga belum ada. Jadi mereka tidak layak di mata bank tradisional. Oleh sebab itu kalau startup butuh dana, yang bisa dan biasa membiayai adalah perusahaan modal ventura. 

Karena kami memang bukan bank, kami tidak memberikan pembiayaan dari sisi kredit yang tradisional, tapi kamu masuk sebagai shareholder. Kami ambil 10 persen-20 persen, kami suntik modal, kami tumbuh sama-sama. Kalau memang nanti rugi, ya rugi samas-sama.

Dalam waktu relatif singkat, apa saja yang telah Anda susun? Program apa saja yang telah digelar, dan bagaimana responsnya?

Kami sebagai perusahaan modal ventura, kami hidup atau mati dari dealflow atau pipeline startup yang datang ke kami dan kami analisa berapa yang kan mendapat penyertaan ekuitas. Kalau pipeline sepi, ya kami susah juga. 

Maka untuk mendapatkan dealflow yang cukup, ya kami harus aktif. Kami menjalin kerja sama dengan universitas di seluruh Indonesia. Kemudian kami menjalankan program inkubasi dengan program inkubator sendiri yang membantu startup. Ada kurikulum-nya, selama enam bulan kami training. 

Kami juga melakukan pitching competition. Nanti yang menang berpotensi besar mendapatkan pembiayaan. Kami juga melakukan sinergi dengan perusahaan modal ventura lain baik lokal maupun regional. 

Oleh sebab itu, dengan melakukan kegiatan ini kami sudah melakukan pembiayaan ke sejumlah startup. Kalau sudah masuk portofolio kami, tidak berhenti di situ. Kami terus mengembangkan startup itu, karena investment itu hanya titik awal relationship kami dengan startup.

Finspire 2017 adalah tahun kedua kami melakukan acara pitching competition. Dari acara itu emang kami ingin menjaring dan mencari startup yang potensial untuk kami seleksi, dan pemenangnya kan mendapat penyertaan ekuitas dari kami.

Tahun lalu, dari beberapa puluh startup, kami saring 10. Pemenang utamanya kami invest juga, jadi tidak hanya mendapat prize money. 

Bagaimana proses inkubasi di Mandiri Capital?

Tahapan pendanaan startup yang biasa terjadi ini adalah pertama mereka masuk di seed round. Kemudian series A, series B, series C baru kemudian sampai ke IPO (penawaran umum saham perdana).

Nah proses inkubasi ini biasanya masih masuk di seed round. Jadi mungkin masih baru ide, atau sudah launch ke pasar, tapi baru setahun. Jadi masih mencari jati diri lah. 

Yang kami lakukan adalah validation, seperti product validation dan business model validation. Jadi cara mendapatkan revenue dan profit. Kadang ada produknya bagus, fiturnya bagus, tapi enggak bisa dapet profit, ya enggak bertahan.

Bagaimana komposisi startup dan perusahaan modal ventura di Indonesia saat ini?

Startup di Indonesia ini memang banyak, tapi ada macam-macam. Ada e-commerce, social media, fintech, transportasi, sampai f&b [ food and beverages ]. Kemudian di sisi lain ada yang memberikan modal ada angel investor, ada venture capital. 

Memang di Indonesia dan Asia Tenggara kebanyakan visi mendanai startup itu di seed dan series A, selebihnya agak jarang. Malah sekarang ada istilah series B crunch yaitu tidak terlalu banyak startup yang sampai ke tahap series B. Tapi tidak semuanya karena bangkrut atau kalah bersaing, bisa juga karena diakuisi oleh konglomerasi.

Di Indonesia, memang jumlah perusahaan modal ventura tidak terlalu banyak. Apalagi yang murni bermain di penyertaan ekuitas. Oleh sebab itu, beberapa waktu ini industri kami dibantu oleh perusahaan asing juga. Tidak hanya venture capital, tapi perusahaan teknologi asing.

Memang ini sesuatu yang baru. Kami tidak usah melihat Silicon Valley ya, dibandingkan Singapura dan China saja, industri startup dan ekosistem venture capital kami masih di tahap awal ya.

Tantangan di bisnis modal ventura apa saja?

Tentunya saya pikir ini soal ekosistem ya. Kami enggak bisa bicara bahwa startup itu hanya butuh uang, dan modal ventura itu hanya memberikan uang. Semua harus bersama-sama melangkah ke arah yang sama. 

Contohnya, ekosistem ini terdiri dari startup, modal ventura, kemudian regulator yang dalam hal fintech misalnya adalah Bank Indonesia [ BI ] dan Otoritas Jasa Keuangan [ OJK ]. Kemudian ada juga nasabahnya atau customer. 

Maka dulu istilah fintech 1.0 itu adalah fintech melawan bank-bank besar. Yang sekarang adalah fintech 2.0, dimana startup dan bank besar malah berkolaborasi. Karena the market is big enough, kenapa kami enggak kolaborasi aja?

Apakah startup di Indonesia sudah siap berkompetisi secara regional atau global?

Kalau regional jelas sudah bisa ya. Indonesia memang ada beberapa hal yang secara demografi beda dengan negara lain. Contohnya soal peer to peer lending yang banyak. Ada yang fokusnya ke mikro, UMKM, dan menengah. Mikro pasar yang paling menarik di Asia Tenggara ya di Indonesia

Jadi peer to peer lending yang memang menyasar pasar mikro, kalau sukses di Indonesia, saya yakin bisa direplikasi di negara lain.

Apa yang membuat Mandiri Capital berbeda dengan venture capital lain di Indonesia?

Venture Capital secara garis umum bisa kami bedakan menjadi dua. Yang pertama venture capital yang mengelola dana investor, kami sebut seperti commercial VC

Kalau kami, karena memang dana kelolaan kami 100 persen dari Bank Mandiri kami mungkin bisa disebut sebagai corporate VC. Kalau commercial VC kan fokusnya ke return terhadap investor, kalau kami lebih ke partnership.

Mandiri Capital berfokus pada pendanaan di startup fintech. Apa alasannya?

Satu, karena memang ada peraturan yang mengatakan kami hanya boleh fokus ke industri yang sesuai dengan induk perusahaan. Kedua, karena memang fintech kami rasa sangat prospektif ya dan growing dan ini sesuatu yang dibutuhkan Indonesia. 

Di negara ini saja yang unbanked saja sudah 60 persen dari penduduknya, belum yang underbank. Apalagi ada program pemerintah seperti laku pandai dan cashless society. Saya kira bisa dibantu dengan fintech startup.

Sejak berdiri sudah ada berapa perusahaan yang disuntik Mandiri Capital?

Saat ini sudah ada tujuh yang mendapat penyertaan ekuitas dari kami. Nilai rupiahnya kalau ditotal sekamir Rp 350 miliar rupiah. Tahun ini saja ada lima startup. 

Tujuh perusahaan itu antara lain Mitra Transaksi, Digital Artha Media pengelola platform Mandiri e-Cash, kemudian Cashlez, Moka Pos, Amartha dan PrivyID dan satu lagi belum dapat disebutkan namanya.

Pola kerja sama dengan tiap startup bagaimana? Apakah ada perbedaan?

Jelas berbeda-beda. Memang fintceh memang sektor besarnya, tapi di dalamnya banyak sub sektor, misalnya payment, lending, SME solution untuk membantu UKM, ada juga cryptocurrency. 

Kami memang tidak fokus ke semua subsektor dalam fintech. Kami fokusnya saat ini tiga subsektor yaitu payment, lending dan SME solution. 

Apa yang dibutuhkan ke tiga subsektor ini beda-beda. Contohnya payment nanti kami bantu mengenalkan ke merchant dan toko ritel rekanan Bank Mandiri, kalau di sisi lending nanti kami sinergikan dengan mikro Bank Mandiri. Jadi memang cara kami membantu startup itu masing masing beda.

Tahun ini ada target berapa startup yang disuntik?

Kami enggak pernah punya target harus sekian tiap tahun. Kalau ketemu ya kami invest, kalau enggak ketemu yang cocok ya enggak akan memaksakan. Saya enggak mau pakai istilah target ya, pakai istilah forecasting saja. Saat ini sudah ada tujuh startup, ya saya perkirakan ada lagi satu sampai akhir tahun.

Profil risiko startup di Indonesia sebesar apa?

Risiko itu selalu ada ya, dan kami menganalisa. Risiko itu bisa bermacam-macam ya. Risiko regulasi misalnya, karena startup kan biasanya jalan duluan tuh. Lalu regulasinya baru menyusul, atau kalau sudah ada regulasinya, startup menyesuaikan.

Risiko founders [ pendiri ] juga ada, seringkali memang statistik mengatakan startup itu bubar bukan karena kehabisan dana, tapi karena antar founder-nya malah beda visi atau berantem. Kemudian ada risiko teknologi, platform jangan yang obsolete [ ketinggalan jaman ], harus bisa mengikuti perkembangan zaman. 

Lalu ada risiko business model, soal cara mendapatkan revenue dan profit. Kami juga enggak mau invest ke startup yang selama 10 tahun tidak pernah profit. Makanya sejak awal kami sudah harus tahu kurang lebih cara mereka mendapatkan profit.

Bagaimana peran pemerintah?

Saya pikir pemerintah Indonesia sudah cukup suportif ya. Karena kami bermain di fintech, kami biasa berhubungan dengan Bank Indonesia dan OJK dan juga dalam beberapa kasus dengan Kemenkominfo. Saya pikir cukup proaktif ya. 

Bank Indonesia punya BI Fintech office. OJK juga sudah mengeluarkan beberapa peraturan yang mendukung fintech soal peer to peer lending. Saya pikir regulator Indonesia tidak ketinggalan langkah.

Apa yang masih diharapkan dari pemerintah?

Kami menginginkan supaya iklim investasi bisa berjalan terus. Memang sekarang sudah ada pemberitaan beberapa startup yang IPO

Memang masih di papan pengembangan ya, cita-citanya bisa di papan utama. Selain itu juga soal pajak, sepertu tax holiday atau tax treatment kepada startup. Kami tidak mau kalah bersaing dengan nagara lain yang punya tax regime yang lebih bersahabat.

Apa rencana selanjutnya dari Mandiri Capital?

Mungkin kami bisa dianggap salah satu yang melangkah awal di industri fintech. Kami ingin bertahan di situ, kami ingin proaktif mencari dan mendanai startup di Indonesia. Kami juga sudah melirik ke Asia Tenggara, ini sesuai misi induk perusahaan kami, Bank Mandiri.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Berita Unik Dan Aneh | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com